21 April, 2010

Pelajaran ke tiga belas


‘An abdillahi bni ‘Amrawin ‘anin nabiyyi saw, qoola mal lam yarham shaghiranaa wa lam ya’rif haqqa kabiirinaa falaisa minnaa.(HR Abu Daud)

Artinya :
Dari Ibnu Sarhi ra, bahwa Rasulullah saw telah berkata : Bahwa barang siapa tidak sayang dan kasihan kepada orang yang kecil diantar kita dan dan tidak mengenal kepada hak-haknya orang besar diantara kita, maka ia bukanlah dari kami. (Abu Daud).

Penjelasan.
Dalam hadits ini diterangkan sebuah peraturan yang sangat berharga tentang perhubungan diantara satu sama lain. Dalam dunia ini sebagian besar dari kerusuhan-kerusuhan dan pertikaian-pertikaian disebabkan oleh karena orang-orang besar tidak berlaku kasih sayang terhadap orang-orang kecil dan demikian pula orang-orang kecil mengabaikan memberi hormat yang sewajarnya kepada orang-orang yang besar dan demikianlah timbul pergesekan yang tidak menyenangkan diantara satu tingkatan dengan lain tingkatan. Disatu segi islam mengakui hak persamaan baik tiap-tiap manusia dalam memperoleh jabatan-jabatan pemerintah dan mempergunakan sumber kekayaan dan dilain fihak dengan mengadakan suatu jembatan yang kokoh diantara berbagai tingkatan sosial masyarakat, dari satu segi dengan kasih sayang dan disatu pihak dengan hormat dan sopan santun, islam mengikat dan mempersatukan semuanya kedalam satu rangkaian saja. Orang-orang yang telah berhasil mendapat kesempatan untuk lebih maju dari orang lain dalam perjuangan hidup ini, mereka diperintahkan untuk berlaku dengan sifat kasih sayang terhadap orang yang tertinggal dibelakang, selama mereka masih ketinggalan. Mereka yang ketinggalan, mereka diperintahkan untuk besikap dengan beradab dan hormat yang sewajarnya kepada mereka yang telah maju lebih dulu selama mereka lebih dulu maju. Dengan jalan petunjuk yang sangat tinggi nilainya ini, Rasulullah saw. telah mencabut akar segala pergeseran-pergeseran yang tidak pantas diantara berbagai tingkatan dalam suatu masyarakat. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa hanya sedikit orang yang mengikut kepada pelajaran ini. Bila seseorang karena suatu sebab telah memperoleh suatu kekuasaan, kemudian dia dihinggapi takabbur dan sombong dan ia ingin menekan dan menghancurkan orang-orang yang dibawahnya, dan kalau seseorang karena suatu sebab ketinggalan dalam perlombaan hidup ini, kemudian ia termakan oleh hati hasud dan dengki dan ia berusaha menjatuhkan dan membinaskan kepada mereka yang telah maju kedepan lebih dari dia. Kedua orang yang seperti ini sangat jauh dari pelajaran islam yang berisikan kejujuran.

Sesungguhnya islam sama sekali tidak menimbulkan tingkatan-tingkatan, akan tetapi perbedaan-perbedaan sementara yang terjadi dengan sendirinya, sebagi akibat yang sewajarnya dari bermacam-macam kekuatan otak dan gaya perjuangan dari setiap orang, ketika belum dapat dibereskan dengan cara-cara dan ikhtiar-ikhtiar yang seharusnya seperti itu. Islam tidak menutup mata terhadap kenyataan-kenyataan itu yang dengan tidak menghiraukan kepadanya, bahkan islam memperhatikan kepadanya untuk meniadakan hasil-hasil dan akibat –akibat yang tidak menyenangkan itu dengan cara-cara yang inisiatif yang sepantasnya. Dan sabda yang mubarak ini dari beliau saw. adalah sebagian dari ikhtiar-ikhtiar itu juga. Selanjutnya islam menganjurkan dengan jelas, bahwa segala perbedaan seperti itu adalah bersifat sementara saja dan suatu golongan yang pada hari ini adalah dalam tingkatan bawahan, dengan memperoleh kemajuan pada hari esok ia dapat menduduki tingkatan atasan juga, Dalam Alqur’an Allah swt berfirman: “ laa yashar kaumun min kaumin ‘asaa ayyakuna khaeran minhum ( 49:12) Artinya, janganlah segolongan kamu memperolokkan (menghinakan) kepada segolongan yang lain, sebab boleh jadi mereka lebih baik dari kamu,”
Yakni dalam masyarakat tidak boleh segolongan menganggap hina dan rendah kepada golongan yang lain, sebab mungkin golongan yang dianggap rendah dalam masa depan dapat memperoleh kemajuan yang lebih tinggi dari pada yang lain-lain juga.
Harus diperhatikan disini, bahwa perkataan “shagiir” ( yang kecil) dan ‘kabiir’ (yang besar) yang dipergunakan dalanm hadits ini, menurut peribahasa arab, perkataan seperti ini dimasukkan untuk segala macam yang kecil dan segala yang besar, walaupun perbedaan-perbedaan kecil dan besar itu adalah berasal dari pengaruh, kekuatan, bawahan dan atasan, kekayaan, kekeluargaan atau umur juga. Perbedaan itu walaupun dari sudut apapun juga, tiap yang besar diperintahkan untuk berlaku kasih sayang terhadap yang lebih kecil dari dia, dan setiap yang kecil diperintahkan untuk berlaku hormat dan beradab sopan santun yang seharusnya terhadap yang lebih besar dari padanya. Maka tentang orang yang tidak berbuat demikian Nabi Muhammad saw bersabda: “falaisa minnaa artinya : maka ia bukan dari kita..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.