20 Mei, 2010

Pelajaran ke sembilan belas


‘An Sahli bni Sa’din qala: qala Rasulullah saw. ana wa kaafilul yatiimi fil jannati kahaataini. (H R Tirmidzi)
Artinya:
Diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’ad ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : aku dan muslim pemelihara serta penjaga anak yatim nanti disorga seperti kedua anak jariku ini!, Beliau saw bersabda demikian sambil merapatkan kedua anak jari beliau saw.”
Penjelasan.
Anak-anak yatim adalah perbendaharaan yang tidak ternilai harganya bagi satu bangsa. Islam sangat menganjurkan pemeliharaan dan penjagaan anak-anak yatim. Kalimat hadits tadi adalah sebagai slogan dari anjuran yang sangat penting ini. Rasulullah saw mengatakan tentang para orang muslim yang memelihara anak yatim, bahwa mereka disorga demikian dekatnya kepada beliau saw. ibarat dekatnya dua jari dari satu tangan. Sesudah perintah yang penting ini dihubungkan dengan satu ganjaran yang amat besar, tidak ada alasan seorang muslim yang benar akan lalai dan lengah dari pemeliharaan dan penjagaan anak-anak yatim. Dalam pemeliharaan anak yatim itu bukan tujuannya hanya dari segi penjagaan dan pendidikan anak-anak yang terlantar itu saja, bahkan kalau diperhatikan dengan mendalam, akan tampaklah bahwa dengan jalan ini akan bertambah meningkat nantinya semangat pengorbanan dalam bangsa itu.
Kalau anggota suatu bangsa mempunyai keyakinan, bahwa bila mereka meninggal dunia dalam menjalankan tugas terhadap bangsa, maka anak-anak mereka yang menjadi yatim itu sepeninggal mereka tidak akan hidup sengsara, bahkan sanak keluarga mereka serta para anggota bangsa lainnya akan mengurus dengan sempurna anak-anak yatim mereka, maka sudah tentu mereka dengan berani akan menghadapi tiap-tiap pengorbanan. Dengan demikian akan bertambahlah semangat pengorbanan ruh khidmat terhadap bangsa itu.
Jadi menyelenggarakan pemeliharaan anak-anak yatim bukan saja sebagai jalan untuk menghindarkan anak-anak yang belum dewasa itu daripada keruntuhan rohani, akhlaki dan ekonominya bahkan sebagai satu jalan yang hebat pula untuk kelancaran kemajuan suatu bangsa keseluruhannya dan akan menambah semangat pengorbanan mereka.
Tetapi amat disesalkan, dewasa ini dalam kalangan ummat islam kewajiban yang suci ini rupanya oleh mereka sangat diabaikan dan tidak dapat diperhatikan sama sekali, sering terjadi sanak keluarga yang dekat jangankan akan menjadi penjaga mereka, bahkan terbalik memakan harta benda mereka, dan membiarkan mereka tinggal terlantar, akhirnya menjadi sebab atas kehancuran pelajaran dan pendidikan mereka.
Rumah-rumah yatim yang didirikan oleh berbagai badan sosial, umumnya kelihatan dalamnya perasaan tahu harga diri atau selfrespect dari anak-anak yatim itu seolah-olah tertekan dan tertindas demikian buruknya sehingga akhirnya anak-anak yatim itu dalam prakteknya, hidup fakir sebagai orang peminta-minta.
Jadi dalam hal ini masih dibutuhkan perbaikan yang besar. Anggota keluarga yang ditetapkan menjadi wali dan pelindung dari anak-anak saudaranya yang telah meninggal, diharuskan benar-benar mengurus dan mengatur pelajaran, pendidikan, budipekerti yang luhur dan pemeliharaan hartabenda mereka. Kewajiban para pengurus badan-badan sosial yang mengambil pertanggung jawaban ini dalam tangannya, menjadi sebagai bapak bagi anak-anak yatim itu, dan jangan hendaknya anak-anak itu menjadi peminta-minta yang berkeliling dari rumah ke rumah, bahkan mereka hendaknya dapat mencari usaha dan akal agar supaya anak-anak itu, menjadi anggota masyarakat yang tahu harga diri dan yang berguna bagi bangsa. Dan yang lebih penting ialah dalam kalbu mereka jangan dibiarkan ada perasaan bahwa mereka anak yang sengsara, tidak berkaum-kerabat dan mereka hanya hidup atas derma kasihan orang lain.
Selain itu, para anak yatim tidak perlu berkecil hati, mereka harus ingat bahwa orang yang paling mulia diatas dunia ini yaitu penghulu kedua alam, junjungan para nabi shallalahu alaihi wasallam pun tadinya adalah yatim juga. Malah keyatimannya itu terjadi sebelum dia dilahirkan ke dunia, ayahnya telah meninggal. Ibunya pun telah meninggalkannya waktu dia baru berumur 6 tahun. Jadi kalau mereka mengambil jalan yang baik.
Maka yakinlah, bahwa Allah swt, pun tidak akan menyia-nyiakan mereka, sedang siapakah yang lebih besar pemeliharaannya dari Allah swt?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.